Table of Contents
The Silent Killer in Business: Overconfidence Bias pada Pengambil Keputusan
Keberhasilan bisnis sering dianggap hasil dari strategi tajam dan keputusan tepat. Namun, ada faktor psikologis yang diam-diam menjadi musuh dalam selimut: overconfidence bias. Bias ini bukan sekadar rasa percaya diri, tetapi kepercayaan berlebihan yang mendorong pemimpin, investor, maupun pengusaha mengambil keputusan dengan keyakinan tinggi tanpa cukup mempertimbangkan data.
Sejumlah jurnal ekonomi dan journal of economic menyebutkan bahwa overconfidence bias dalam pengambilan keputusan sering kali lebih berbahaya dibanding minimnya informasi. Di pasar modal, efek ini terlihat jelas ketika investor mengambil keputusan investasi saham hanya karena tren sesaat di bursa efek indonesia (BEI), bukan karena analysis fundamental yang matang.
Apa Itu Overconfidence Bias?
Overconfidence bias adalah salah satu bentuk behavioral biases yang masuk dalam ranah behavioral finance. Bias ini mengacu pada keyakinan berlebihan terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan decision-making atau proses pengambilan keputusan.
Studi dalam berbagai jurnal ekonomi dan bisnis, termasuk jurnal ilmiah manajemen bisnis dan journal of accounting, menyebutkan bahwa pengaruh overconfidence terhadap keputusan keuangan sangat signifikan. Investors sering kali meyakini bahwa prediksi mereka tentang stock atau markets lebih akurat dibandingkan kenyataan. Akibatnya, mereka mengambil investment decision atau bahkan melakukan investment decision-making yang berisiko tinggi.
Sedang trending: Value Proposition - Strategi Digital B2B dan Model Bisnis
Dampak Overconfidence Bias terhadap Bisnis
Efek dari overconfidence bias tidak hanya terjadi di lantai stock exchange, tetapi juga pada keputusan sehari-hari di perusahaan. Pengaruh overconfidence bias bisa menggerus stabilitas finansial dan merusak strategi bisnis.
Beberapa dampak yang umum terlihat antara lain:
- Bias terhadap keputusan investasi → manajer terlalu yakin bahwa proyek akan berhasil tanpa menghitung risiko.
- Bias dalam pengambilan keputusan → pemimpin lebih percaya pada intuisi dibanding information obyektif.
- Herding bias → mengikuti arus pasar tanpa mempertimbangkan konteks bisnis internal.
- Confirmation bias dan availability bias → hanya mencari data yang mendukung keyakinan, sambil mengabaikan analisis lain.
- Anchoring bias → melekat pada asumsi awal dan enggan menyesuaikan meskipun ada results baru.
Bacaan terbaru: Perubahan Perilaku Konsumen Digital, Anda Wajib Paham!
Mengapa Pemimpin Bisnis Rentan?
Overconfidence sering tumbuh seiring keberhasilan. Seorang pemimpin atau investor yang pernah sukses dalam investment merasa kemampuannya lebih unggul. Faktor lain yang memperkuat bias ini:
- Tekanan untuk menunjukkan results cepat kepada pemegang saham.
- Budaya perusahaan yang tidak terbuka pada kritik.
- Keyakinan bahwa decisions yang dulu berhasil akan selalu berhasil.
- Mengabaikan availability data baru karena percaya diri berlebihan.
Fenomena ini sejalan dengan literatur international journal of economics dan journal of economic studies yang menyatakan bahwa overconfidence and decision-making sering menimbulkan kesalahan fatal dalam keputusan keuangan.
Perkaya wawasan: Penyebab Bisnis Gagal saat Awal Bertumbuh!
Cara Mengatasi Overconfidence Bias
Pemilik bisnis, pengusaha, hingga investors perlu menyadari risiko of overconfidence bias. Beberapa pendekatan yang disarankan jurnal ilmu dan jurnal manajemen antara lain:
- Menggunakan analisis data obyektif – bukan hanya intuisi.
- Membuat mekanisme check and balance sebelum mengambil investment decision-making.
- Melibatkan pihak eksternal seperti konsultan untuk menyeimbangkan sudut pandang.
- Menggunakan pendekatan behavioral untuk memahami pola pikir pengambil keputusan.
- Berinovasi dengan tools digital agar data lebih transparan dan information lebih mudah diakses.
Pendekatan ini selaras dengan tren riset di 2025 yang menekankan perlunya analysis berbasis data dalam economics dan bisnis untuk mengurangi dampak bias and behavioral biases.

Dari Overconfidence Menuju Keputusan Lebih Tepat
Overconfidence bias adalah silent killer yang sering luput dari perhatian. Dari keputusan investasi saham hingga ekspansi bisnis, bias ini bisa menimbulkan kerugian besar jika tidak disadari. Mengutip journal of economics, cara terbaik menghadapi bias adalah dengan kombinasi analysis, data, dan keterbukaan menerima masukan.
Di titik inilah layanan Lead Generation and Nurturing dari SAB Digital Marketing Agency relevan. Mengapa? Karena membangun pipeline pelanggan yang sehat dan berkualitas bukan sekadar intuisi, melainkan hasil dari analysis berbasis data konsumen yang akurat. SAB Digital membantu perusahaan Anda memenuhi kebutuhan konsumen, menurunkan risiko salah sasaran, dan menjaga loyalitas pelanggan dengan strategi yang terukur.
Keunggulannya:
- Tim terpercaya dengan pendekatan digital yang adaptif.
- Fokus pada data konsumen untuk meningkatkan kualitas decision-making pemasaran.
- Membantu mencegah bias dalam strategi, sehingga bisnis Anda bisa tumbuh lebih kompetitif.
Jika Anda ingin memastikan keputusan pemasaran lebih akurat dan tidak terjebak dalam overconfidence bias, klik di sini untuk mendapatkan audit gratis sekaligus konsultasi langsung bersama CEO-Founder SAB Digital Marketing Agency.